Runtuhnya Demokrasi
Senin, 07 Maret 2011 | 12:48 WIB
Keruntuhan
Demokrasi sudah di ambang pintu. Hal itu ditandai dengan Revolusi
Tunisia yang berhasil mengusir diktator demokrasi Ben Ali, yang kemudian
berlanjut dengan Revolusi Mesir yang berhasil
menggulingkan diktator demokrasi Husni Mubarok. Angin revolusi mulai
berhembus ke sejumlah Negara Demokrasi Arab seperti Al-Jazair, Yaman, Libya dan Syria. Bahkan negara-negara Demokrasi Monarki Arab pun mulai terusik, seperti Maroko, Yordania, Saudi, dan negara-negara Teluk.
Selama ini Sistem Demokrasi hanya melahirkan diktator-diktator dunia,
dan menghasilkan koruptor kelas kakap, bahkan menciptakan
kapitalis-kapitalis internasional yang rakus dan serakah. Sistem
Demokrasi adalah sumber problem yang banyak melahirkan
gerombolan mafioso dan generasi oportunis, sekaligus merupakan wadah
tempat bersemayamnya anjing-anjing penjilat kekuasaan. Hal tersebut karena Sistem Demokrasi merupakan pintu masuk kaum Kapitalis untuk meraih kekuasaan.
One
man one vote dalam Sistem Demokrasi telah memberi peluang kepada kaum
borjuis untuk membeli suara rakyat, sehingga saat berkuasa mereka
berlomba mengeruk kekayaan untuk mengembalikan modal beli suara,
sekaligus mengais keuntungan sebesar-besarnya. Sistem Demokrasi merupakan sumber malapetaka dan kehancuran.
Sistem
Demokrasi penuh intrik dan tipu muslihat, karena sistem ini selalu
bertopeng kemanusiaan, kesetaraan, keadilan, musyawarah dan mufakat.
Padahal, justru sistem ini yang paling tidak berperikemanusiaan, lihat
saja bagaimana negara-negara sekutu atas nama Demokrasi
memporak-porandakan Iraq dan Afghanistan. Justru sistem ini yang paling
tidak menghargai kesetaraan, buktinya kulit berwarna masih menjadi warga
kelas dua di negara-negara Barat yang menganut demokrasi. Justru sistem
ini yang paling tidak adil, buktinya secara terang-terangan mereka
melarang warga muslimah di negeri mereka untuk berjilbab.
Soal
musyawarah mufakat dalam Sistem Demokrasi hanya omong kosong. Inti
Demokrasi adalah suara terbanyak, bukan musyawarah mufakat. Selain itu
musyawarah dalam Demokrasi bisa menghalalkan yang haram, dan bisa pula
mengharamkan yang halal. Yang penting tergantung suara terbanyak.
Buktinya, Sistem Demokrasi dengan suara terbanyak bisa membolehkan
perkawinan sejenis (Homo dan Lesbi), lokalisasi pelacuran, legalisasi
perjudian, legitimasi aliran sesat, formalisasi korupsi dan halalisasi
segala keharaman. Dan sebaliknya, Sistem Demokrasi dengan suara
terbanyak juga bisa melarang jilbab, cadar, tabligh, da'wah, hisbah,
pembangunan masjid, madrasah dan pesantren.
ISLAM vs DEMOKRASI
Antara
Sistem Islam dan Sistem Demokrasi memiliki perbedaan yang sangat besar
dan mendasar serta fundamental, sehingga keduanya mustahil disatukan.
Islam dan Demokrasi bagaikan langit dan bumi, umpama matahari dan bulan,
seperti lautan dan selokan. Dalam rangka membuka Topeng Demokrasi, maka
perlu diuraikan beberapa perbedaan yang sangat prinsip dan fundamental
antara Sistem Islam dan Sistem Demokrasi.
Pertama,
Sistem Islam berasal dari sumber ilahi karena datang dari wahyu Allah
Yang Maha Agung dan Maha Suci, sehingga bersifat sangat sempurna. Sedang
Sistem Demokrasi berasal dari sumber insani karena datang dari akal
manusia yang lemah dan penuh kekurangan, sehingga sangat tidak sempurna.
Karenanya, dalam Sistem Islam hukum dari Allah SWT untuk manusia,
sedang dalam Sistem Demokrasi hukum dari manusia untuk manusia.
Kedua,
dalam Sistem Islam wajib digunakan Hukum Allah SWT, sedang dalam Sistem
Demokrasi wajib digunakan keputusan suara terbanyak. Karenanya, Sistem
Islam tunduk kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, sedang Sistem Demokrasi
tidak tunduk kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Ketiga,
dalam Sistem Islam tidak dipisahkan antara agama dan negara, sedang
dalam Sistem Demokrasi dipisahkan antara agama dan negara. Karenanya,
Islam menolak pemahaman sekuler dan segala bentuk sekularisasi dalam
berbangsa dan bernegara. Sedang Demokrasi memang lahir dari penentangan
terhadap agama, sehingga Demokrasi selalu mengusung sekularisasi dalam berbangsa dan bernegara.
Keempat,
dalam Sistem Islam standar kebenaran adalah akal sehat yang
berlandaskan Syariat, sedang dalam Sistem Demokrasi standar kebenaran
adalah akal sakit yang berlandaskan hawa nafsu kelompok terbanyak.
Karenanya, dalam Sistem Islam baik buruknya sesuatu ditentukan oleh
Syariat, dan wajib diterima oleh akal sehat. Sedang dalam Sistem
Demokrasi baik buruknya sesuatu tergantung hawa nafsu orang banyak,
walau pun tidak sesuai Syariat atau pun tak masuk akal sehat.
Kelima,
dalam Sistem Islam tidak sama antara suara Ulama dengan suara Awam,
antara suara orang Sholeh dengan suara orang jahat. Sedang dalam Sistem
Demokrasi suara semua orang sama : Ulama dan Koruptor, Guru dan Pelacur,
Santri dan Penjahat, Pejuang dan Pecundang, Pahlawan dan Bajingan,
tidak ada beda nilai suaranya. Karenanya, dalam Sistem Islam hanya orang
baik yang diminta pendapatnya dan dinilai suaranya, itu pun suara
mereka tetap disebut sebagai suara manusia. Sedang dalam Sistem
Demokrasi semua orang baik dan buruk disamakan, bahkan suara mereka
semua disebut sebagai suara Tuhan.
Keenam,
musyawarah dalam Sistem Islam hanya menghaqkan yang haq dan
membathilkan yang bathil, sedang dalam Sistem Demokrasi boleh menghaqkan
yang bathil dan membathilkan yang haq. Karenanya, dalam Sistem Islam
tidak ada Halalisasi yang haram atau haramisasi yang halal, apalagi
haramisasi yang wajib, sedang dalam Sistem Demokrasi ada halalisasi yang
haram, dan haramisasi yang halal, bahkan haramisasi yang wajib.
Ketujuh,
asal-usul Sistem Islam sudah dimulai sejak zaman Nabi Adam AS, karena
sejak Allah SWT menciptakan Adam AS sudah dinyatakan sebagai Khalifah di
atas muka bumi sebagaimana firman-Nya dalam QS.2.Al-Baqarah
: 30. Dan Sistem Islam tersebut sempurna di zaman Nabi Muhammad SAW
sesuai dengan kaidah dan tatanan kehidupan pribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang beliau praktekkan bersama
para Sahabat yang mulia. Allah SWT menyatakan kesempurnaan Islam dalam
QS.5.Al-Maidah : 3. Sedang Sistem Demokrasi konon katanya sudah ada
sejak zaman Yunani kuno, tapi yang jelas baru muncul pasca Revolusi
Kebudayaan Perancis pd Th.1789 M, yang kemudian lahir Teori Trias
Politika karya Rossou, yang kemudian terus dikembangkan dengan berbagai
variasi dan aksesoris, dan hingga saat ini tidak pernah sempurna, bahkan
makin hari makin tampak bobrok dan busuknya.
Kedelapan,
rentang waktu antara sempurnanya Sistem Islam di abad ke-7 pada zaman
Nabi SAW (571 - 632 M) dan munculnya Sistem Demokrasi di abad ke 18
pasca Revolusi Kebudayaan Perancis Th.1789 M, menunjukkan bahwa Sistem
Islam sekurangnya lebih dulu 11 abad dari pada Sistem Demokrasi.
Karenanya, jika ada persamaan antara Sistem Islam dan Sistem Demokrasi,
maka bisa dipastikan bahwa Sistem Demokrasi yang menyontek dan menjiplak
Sistem Islam, mustahil sebaliknya.
Kesembilan,
Sistem Islam telah membuktikan diri sebagai sistem terbaik yang adil,
jujur dan amanah sepanjang kepemimpinan Rasulullah SAW dan Khulafa'
Rasyidin, serta berhasil mengantarkan umat Islam menjadi umat yang
terbaik, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.3. Ali-'Imran : 110.
Sedang Sistem Demokrasi sejak kelahirannya hingga kini tak pernah
berhasil membuktikan diri sebagai sistem terbaik, bahkan sebaliknya, makin hari makin terkuak bobrok dan rusaknya.
Kesepuluh,
Sistem Islam adalah bagian dari kewajiban agama, sehingga penerapannya
mendatangkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Sedang Sistem
Demokrasi bukan bagian dari kewajiban agama, bahkan merupakan
penentangan terhadap agama, sehinggga penerapannya hanya akan
mendatangkan dosa dan malapetaka.
ISLAM YES DEMOKRASI NO !
Dengan
uraian di atas, jelas sekali bahwa Sistem Islam mengungguli Sistem
Demokrasi dalam semua hal. Mulai dari keautentikan sumber dan
kesempurnaannya, lalu kepatuhan kepada Syariat dan kesehatan akalnya,
kemudian keaslian musyawarah dalam makna yang sebenarnya, dan kemurnian
asal-usul sejarah serta keindahan peradabannya, hingga keberhasilan
pembuktiannya sebagai sistem terbaik yang mendatangkan pahala dan
keberkahan ilahi.
Itulah
karenanya, para pemuja Demokrasi iri dan dengki terhadap Sistem Islam,
dan mereka tidak rela Sistem Islam bangkit dan berjaya kembali. Dalam
dunia informasi, tiada hari tanpa propaganda media yang selalu
menyudutkan Sistem Islam. Berbagai ucapan, perkataan dan pernyataan
terus-menerus dilontarkan untuk memadamkan cahaya Islam. Namun demikian,
cahaya Islam akan tetap bersinar, dan akan kembali memperoleh masa
jayanya, sebagaimana Allah SWT firmankan dalam QS.61.Ash-Shaff : 8 - 9
dan QS.9.At-Taubah: 32 - 33.
Akhirnya, kita harus berani mengatakan : Islam Yes Demokrasi No ! Hidup Islam Hancurlah Demokrasi ! Allahu Akbar !
Penulis: Habib Muhammad Rizieq Syihab
slm/fpi
Sumber : Suara Islam